.:BATANG INFO::.


5/29/2010

JANJI


Janji adalah sesuatu yang harus ditepati,
tak peduli kata hati,tak peduli apa yang telah dan akan terjadi nanti.

Dari lantai 17 Min-sheng General Hospital,kuarahkan pandanganku keluar jendela.Langit Taiwan berselimut kabut,membuat suasana sedikit redup.
Dengan seksama kuperhatikan benda bergerak dibawah sana,semua tampak begitu kecil.Mungkin seperti itulah kita tampak dimata-Nya.Sama rata,sama kecil,tiada bedanya.Keistimewaan kitalah yang membuat Tuhan memandang beda antara satu manusia yang satu dengan yang lainnya.Dimana keistimewaan itu tersimpan didalam hati,namun terpancar dalam sikap,tingkah laku,dan tutur kata kita.
Bagai mobil-mobil dibawah sana,dari ketinggian lantai 17 ini terlihat sama.Namun mesin-mesin di dalam mobil tersebut yang membuat kualitas setiap mobil menjadi berbeda.Kecepatan ataupun kenyamanan pengendara tergantugn dari mesin-mesin tersebut.
Namun ketangguhan mesin juga tergantung dari bagaimana cara kita merawatnya setiap hari.
Pukul 13.30,seperti biasa ku temani ama untuk terapi dilantai 8 gedung yang sama.Ruang terapi sudah penuh dengan pasien ketika kami tiba.Baik pasien rawat inap maupun pasien yang jauh-jauh datang dari rumah.Tetapi ada yang tidak biasa dalam pandanganku hari ini.
Diantara begitu banyak orang yang sedang berjuang untuk dapat hidup normal,kulihat seorang gadis cantik sedang melatih tangannya yang tampak tak bertenaga untuk menyusun benda-benda kecil yang begitu ringan.sebuah pekerjaan yang akan sangat mudah dikerjakan oleh seorang anak balita sekalipun.Tapi bagi gadis cantik itu,dia butuh perjuangan yang begitu keras.Hal ini terlihat dari keringat yang mulai mengalir di keningnya.

Tampaknya gadis cantik itu tahu kalau dia sedang menjadi pusat perhatianku.dengan senyum ramah,dia mengangguk padaku sebagai tanda bahwa dia menyapaku.dalam sekejap kami sudah terlibat obrolan hangat.dia gadis cantik 18 tahun yang periang dan bersahabat.
Sebuah kecelakaan yang dialaminya dua tahun yang lalu memaksanya menjalani hari-hari sebagai seorang gadis cacat karena separuh dari tubuhnya yang bagian kanan menjdai lumpuh.
namun segala keterbatasan raganya tidak merubah pribadinya.Dia tetap ceria menjalani hari,berusaha dan bersemangat.
Setitik pun tidak terlihat bayangan minder ,apalagi putus asa,tergambar dalam raut wajahnya,"luar biasa"batinku.

Dengan canda ringan kubertanya mengapa dia tampak begitu semangat mengikuti terapi ini.
diluar dugaanku,dalam sekejap wajahnya berubah serius dan dengan tegas dia berkata"karena aku punya satu janji dan itu harus aku tepati".Gadis cantik itu dulu penuh dengan prestasi.dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan selalu mengukir senyum diwajah bunda yang telah merawatnya sejak kecil,denagn prestasinya.
Dan dengan prestasi itu pula dia ingin sedini mungkin hidup mandiri.tapi dengan kondisinya setelah kecelakaan itu,dia tau bukan senyum yang terukir,melainkan isak tangis yang tersembunyi.karenanya dia akan berusaha dan terus berusaha ,meski dia sadar fisiknya tak akan kembali sempurna,tapi setidaknya bisa menjdai layak bagai manusia lainnya,yang berdiri tegak,berjalan dan berlari,dengan begitu..akan dibayarnya janji itu.

Janji bagai prasasti,terpahat begitu rapi di kedalaman lubuk hati.Dan melekat begitu erat di dinding jiwa sang pemberi,juga sang penanti janji.janji bisa menjadi tolak ukur dari kualitas pribadi seseorang .ketika janji ditepati,ketulusan senyum terkembang mengantarkan kata puja.keikhlasan do'a terpanjat tanpa diminta.berharap Tuhan selalu memberi rahmat padanya,Namun ketika janji terlupakan ,lautan caci dan maki memaksa kita untuk menyelam di kedalamannya.Dan tanpa penobatan,gelar pendusta telah resmi disandangnya.

Sesungguhnya kita sadar bahwa janji adalah hutang yang harus dibayar,namun seringkali kita enggan untuk melunasinya.Berbagai alasan kita kemukakan agar kita terhindar untuk menepati sebuah janji.Bla gadis cacat itu berusaha dan berjuang agar menjadi layak dan bisa membayar janji,sebaliknya dengan kita yang sering kali mencari-cari celah cacat dan kekurangan agar sah menginggkari jani.janji tak lebih dari sekedar pemanis bibir atau pelumas yang dapa melancarkan segala usaha dusta.

Dulu sebelum terbang ke Taiwan,kita mungkin pernah berikrar sebuah janji.baik yang terucap maupun yang tersimpan dalam satu keping hati.misalnya saja"kelak bila aku berhasil ke Taiwan,akan ku santuni anak yatim yang ada disekitarku".sampai di Taiwan ,kita tidak lupa dengan janji hati kita ,tetapi ada terselip rasa enggan untuk segera menepatinya,"nanti saja kalau aku sudah punya tabungan,baru kusisihkan sedikit uangku untuk menyantuni anak yatim."dan ketika tabungan nya sudah ada,"nanti saja ah,sekalian kalau sudah finis kontrak".selalu begitu,menunda dan menunda.menyadarkan pada untaian waktu yang berujung semu.andai hutang janji adalah sama dengan hutang bank,berapa kira-kira bunga yang harus kita bayar saat ini?
Gadis yang cacat itu telah mengantarkan aku pada perenungan yang begitu dalam,betapa selama ini aku telah begitu menyia-nyiakan waktu,menganggap janji bukanlah sesuatu yang penting"kalau bisa ditepati ya ditepati,kalau tidak bisa ditepati ya bagaimana lagi.."seolah tiada usaha yang kuat untuk segera melunasinya.Padahal diatas sana ,telah tercatat segala apa yang telah terucap,dan takkan pernah terhapus sebelum kita membayarnya lunas.

Saat ini,selagi mentari terik menyinari bumi,ada baiknya kita coba gali kembali memory hati.adakah janji-janji yang terlupa dan belum sempati terlunasi?kita sempurna dan banyak kelebihan yang kita punya,selagi niat yang kuat terpatri di sanubari,rasanya tak akan sulit menepati semua janji yang telah kita tabur,jangan pernah lagi kita coba berpaling dan mengingkari janji.karena janji begitu suci,ketika terucap dengan begitu hikmat dan dinanti dengan segala do'a dan harap.
kita yang ingin membahagiakan orang tua,kita yang ingin mensejahterakan keluarga,kita yang ingin setia pada suami,istri ataupun kekasih,atau kita yang ingin berbagi sedikit rezki,saat ini adalah titik tolak dimana kita akan berjuang untuk merubah kata "ingin"menjadi kata"pasti"

sebelum mentari menjadi jingga dan akirnya tenggelam di ufuk barat,kita masih punya kesempatan untuk meninggkatkan kualitas pribadi kita.bukan lagi pribadi-pribadi kurcaci penginggkar janji,melainkan pribdai-pribadi yang bertanggung jawab atas segala apa yang telah terucap.

[+/-] Selengkapnya...


 

Blog Template by winda Every. Sponsored by Business Web Hosting Reviews